Minggu, 01 Oktober 2017

Dead Lucky hidup sesudah kematian di puncak everest


Book Dead lucky
Hari ketika aku mendaki Gunung Everest adalah hari ketika aku mati. Aku kehilangan nyawa, delapan ujung jaru, satu setengah jari kaki, berat 37 pon, serta dua per tiga energi untuk hidup secara normal. Ujung-ujung jari tanganku hilang demi kebaikan, begitu juga pula jari kakiku, namun aku mendapatkan kembali hidupku, sebagian energiku, serta tambahan berat lebih dari 37 pon.

Banyak orang mempertanyakan kabar kematianku, harus kuakui bahwa mulanya aku juga begitu. Tak bisa kupahami bagaimana aku bisa bertahan menghadapi serangkaian peristiwa yang terjadi.

Fakta masalah tersebut adalah karena dalam satu jam setelah meninggalkan puncak everest, aku dikuasai kelemahan. Sesekali aku sadar, namun bertingkah laku sinting, kadang-kadang dengan kekuatan yang besar. Aku malah ingin mendaki gunung, bukan menuruninya, juga hendak melompat dari Permukaan Kangshung. Aku terus menolak masker oksigen sementara para sherpa terus menyuruh ku memakainya. Gejala-gejalaku konsisten dengan cerebral edema, pada ketinggian 28.000 kaki kondisi ini berarti hukuman mati.

Aku ditinggalkan para sherpa di atas gunung tanpa peralatan pendukung kehidupan karena sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Ketika Dan Mazur dan kelompoknya menemukanku esok paginya, esok pagi nya, mereka berpendapat aku sudah sangat sekarat, ini kemajuan besar bila mempertimbangkan bagaimana keadaanku malam sebelumnya. Ketika mendengarku bicara, mereka sepakat bahwa aku punya kesempatan bagus bisa selamat.

ini kisah dari DEAD LUCKY (Hidup Sesudah Kematian di Puncak Everest).
Banyak buku hebat bertema pendakian Everest, tapi yang satu ini berbeda. -Booklist
Tunggu kisah selanjutnya dari Dead Lucky dari Blog ini.
Selamat Membaca.
 

0 komentar

Posting Komentar