Minggu, 05 November 2017

AS Rilis Arsip Rahasia Pembunuhan JF. Kennedy Yang Juga Ungkap CIA Ingin Bunuh Soekarno

Conspiracy Theory: AS Rilis Arsip Rahasia Pembunuhan JF. Kennedy Yang Juga Ungkap CIA Ingin Bunuh Soekarno

Soekarno dan JF.Kennedy
Presiden Amerika Serikat Donald Trump merilis sebuah dokumen rahasia pada masa lalu, yang kini sudah “kadaluarsa”, yaitu ringkasan investigasi atas keterlibatan Badan Intelijen Luar Negeri AS (CIA), dalam rencana pembunuhan sejumlah pemimpin negara lain, termasuk Soekarno.

Dalam undang-undang AS, dokumen rahasia negara yang paling tidak, telah berusia lebih dari 35 tahun, boleh dirilis ke masyarakat atau ke publik sebagai hak bagi warganya untuk mengetahui apa yang telah pemerintah lakukan di masa lampau.

Baca Juga : Soekarno Masih Hidup di tahun 2017 ? Bersama Nyi Roro Kidul ? WTF
Kalo Lo Belum Tau, Baca Juga : Bahaya Mengeluarkan Air Mani secara paksa menggunakan Sabun dengan di kocok ?

Arsip Keamanan Nasional di AS menerbitkan dokumen rahasia atas keterlibatan Badan Intelijen Luar Negeri AS (CIA) dalam rencana pembunuhan Presiden John F Kennedy pada 1963 yang berjudul “JFK Assasination System Identification Form” sebanyak 84 halaman.

Dokumen yang dirilis termasuk di antara 3.700 file rahasia sebelumnya yang terkait dengan pembunuhan Presiden John F Kennedy pada 1963. CIA juga dikatakan ingin membunuh pemimpin Kuba, Fidel Castro, dan pemimpin Kongo, Patrice Lumumba.



Arsip yang baru dirilis itu membeberkan keterlibatan AS di sejumlah negara di era Perang Dingin (Cold War) antara blok-barat dan blok-timur.

Perincian CIA mencoba membunuh pemimpin Kuba Fidel Castro dan mengatakan bahwa CIA juga mempertimbangkan untuk membunuh pemimpin Kongo Patrice Lumumba dan presiden Indonesia, Sukarno.

Selain itu, Arsip Keamanan Nasional di AS juga menerbitkan dokumen yang baru saja dideklasifikasi dari Kedutaan Besar AS di Jakarta dari tahun 1964 sampai 1968 yang mengungkapkan pengetahuan dan dukungan pemerintah AS atas sebuah kampanye pembunuhan massal, terhadap PKI

Sukmawati, salah satu putri presiden pertama di Indonesia telah meminta AS untuk meminta maaf setelah merilis sebuah dokumen “rahasia” dari tahun 1975 yang mengungkapkan bahwa CIA mempertimbangkan untuk membunuh Sukarno selama Perang Dingin.

Wakil Direktur Utama CIA di masa itu, Richard Biselli, bersaksi bahwa ada pembahasan di dalam tubuh CIA soal ‘kemungkinan upaya pembunuhan Presiden Indonesia Soekarno’.

Rencana ini sudah sampai pada tahap identifikasi kandidat yang dinilai bisa direkrut untuk membunuh Soekarno.





Bissel mengaku rencana pembunuhan itu ‘tidak pernah sampai pada titik yang memungkinkan untuk melakukan eksekusi’.

Namun Bissel juga menegaskan bahwa CIA tidak ada kaitannya dengan kematian Soekarno pada 1970 ketika preisden pertama Indonesia itu dalam tahanan rumah.

Putri Soekarno, Sukmawati, mengatakan kepada harian Australia Sydney Morning Herald:

“America should not only apologise to Indonesia, America should apologise to all the countries they disturbed, if they will admit to it. They never want to admit to it, especially the CIA.”

“Amerika seharusnya tidak hanya meminta maaf kepada Indonesia, Amerika harus meminta maaf kepada semua negara yang mereka campuri, kalau mereka mau mengakui. Tapi mereka tidak mau mengakui semua itu, terutama CIA.” (Fairfax Media, via Sydney Morning Herald, Senin 30/10/2017)

Sukmawati juga mengklaim CIA bertanggung jawab atas banyaknya kerusuhan, pemberontakan, dan kudeta di Asia, Afrika, Amerika Latin karena AS menentang organisasi negara-negara Gerakan Non-Blok (Non-Aligned Movement) yang salah satunya dimotori oleh Soekarno.

Anggota pendiri Gerakan Non0Blok percaya bahwa negara-negara berkembang seharusnya tidak membantu blok Barat atau Timur dalam masa Perang Dingin.

Pendiri dari gerakan ini adalah lima pemimpin dunia, yaitu: Josip Broz Tito presiden Yugoslavia, Soekarno presiden Indonesia, Gamal Abdul Nasser presiden Mesir, Pandit Jawaharlal Nehru perdana menteri India, dan Kwame Nkrumah dari Ghana.






Para pendiri Gerakan Non-Blok (Non-Aligned Movement). Dari kiri ke kanan: Pandit Jawaharlal Nehru perdana menteri India, Soekarno presiden Indonesia, Josip Broz Tito presiden Yugoslavia, Gamal Abdul Nasser presiden Mesir, , dan Kwame Nkrumah dari Ghana.

Sukmawati juga memberikan keterangan kepada pers tentang rekan-rekan Soekarno yang telah memperingatkannya dari ancaman AS terhadap Gerakan Non-Blok sebelum ia mendirikan  gerakan itu:

“Sukarno was warned by his friends before the (launch of the) Non-Aligned Movement: ‘Be careful, the US will launch a coup against any state leader who is not pro the US'”.

“Soekarno diperingatkan oleh rekan-rekannya sebelum mendirikan Gerakan Non-Blok, ‘Hati-hati, Amerika Serikat akan melancarkan kudeta kepada pemimpin-pemimpin negara yang tidak pro-AS”. (Sydney Morning Herald, Senin 30/10/2017).

Sulmawati mengatakan bahwa kebijakan luar negeri ayahnya belum “pro-AS” karena dia menentang keterlibatan Amerika dalam Perang Vietnam.

Gerakan Non-Blok (GNB) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Non-Aligned Movement (NAM) adalah suatu organisasi internasional yang terdiri dari lebih dari 100 negara-negara yang tidak menganggap dirinya beraliansi dengan atau terhadap blok kekuatan besar apapun.

120 negara-negara anggota Gerakan Non-Blok (2005). Warna biru muda merupakan negara peninjau yang terdiri dari 17 negara.

Tujuan dari organisasi Gerakan Non-Blok (GNB) ini, seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, adalah untuk menjamin “kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok” dalam perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, rasisme dan segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau hegemoni dan menentang segala bentuk blok politik. Pada masa kini, anggota Gerakan Non-Blok berjumlah 120 negara, berikut 17 negara peninjau.

Baca Juga : Bahaya Mengeluarkan Air Mani secara paksa menggunakan Sabun dengan di kocok ?

Profesor Sejarah Asia, Robert Cribb dari Universitas Nasional Australia mengatakan dokumen AS ini melebihi dugaan para sejarawan soal apa yang telah terjadi selama ini di masa itu.

“Yang kita lihat ini adalah sedikit bukti lain tentang CIA yang punya rencana pembunuhan. Memang tak ada bukti pasti tentang rencana eksekusi, tapi ada pembahasan serius tentang pembunuhan itu,” kata Cribb.

Sementara itu, Profesor Kate McGregor  dari Melbourne Associate dari Universitas Melbourne, mengatakan bahwa AS pada saat itu prihatin tentang kebijakan Soekarno yang semakin radikal, termasuk kampanyenya melawan Malaysia, beralih ke China dan mendukung Partai Komunis Indonesia, PKI.

McGregor mengatakan bahwa presiden Soekarno telah meningkatkan visibilitas dan pengaruhnya sebagai ikon anti-imperialis di Asia dan Afrika yang tidak takut untuk menantang imperialisme ekonomi dan budaya yang sedang berlangsung.

Akibatnya pada saat, pihak Barat percaya ada ancaman nyata bahwa Indonesia akan jatuh ke tangan komunis. Padahal, sebagai salah satu pendiri Gerakan Non-Blok, Indonesia merasa harus tak memihak, berlaku adil dan dekat dengan kedua blok, yaitu barat dan timur. Namun hal ini dimanfaatkan blok barat sebagai kambing hitam mereka.