Tsunami Aceh Sumatra 2004: Bom Nuklir Bawah Laut Dan “Project Seal”
Egyptian magazine Al-Osboa claimed that the 2004 Indian Ocean earthquake and tsunami was intentionally caused by a nuclear weapon detonated in a strategic position under the ocean!
Tsunami Sumatra atau “Tsumani Samudera Hindia” (Indian Ocean Tsunami) atau lebih sering disebut sebagai “Tsunami Aceh” yang terjadi pada tangal 26 Desember tahun 2004 silam, masih merupakan kontroversi yang melahirkan konspirasi diantara para peneliti independen di dunia.
Sebagian besar orang menganggap Tsunami Aceh adalah bencana alam murni, sebagian mereka menganggap tsunami yang terjadi tersebut bukan berasal dari gempa bumi, melainkan adalah bom bawah laut yang ditanam, dan diledakkan dari bawah Samudera Hindia tak berapa lama setelah terjadinya gempa bumi alami yang terjadi sebelumnya. Salah satu dari mereka, M.Dzikron AM, dosen Fak Teknik Unisba menjelaskan hipotesa tentang hal ini,
1. NOAA, National Oceanic and Atmospheric Administration, beberapa kali merubah data magnitudo dan posisi episentrum gempa, serta kejanggalan tidak adanya peringatan pada ‘seismograf’ di Indonesia dan India. Secara sederhana, gempa selalu dipicu oleh apa yang disebut frekuensi elektromagnetik pada 0,5 atau 12 Hertz, dan bukan merupakan sebuah proses yang terjadi secara mendadak spt tsunami di Aceh.
2. Sebagian besar mayat yang ditemukan terbujur kaku dengan kulit berwarna hitam pekat, kematian akibat tenggelam tidak akan mengubah warna kulit sedemikian cepat dan sedemikian hitam, sebaliknya mayat-mayat hitam juga nampak pasca dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
3. Kapal-kapal perang Amerika berdatangan dengan cepat dan bertahan di Aceh selama beberapa bulan bukan sekedar memasukkan bantuan namun juga mengawasi wilayah laut agar peneliti Indonesia tidak turun ke sana.
4. Ditemukan sampah nuklir 2 bulan pasca tsunami di wilayah Somalia yang kemudian diungkap UNEP, yang diduga berasal dari Samudera Hindia.
“Salah satu profesor dibidang fisika asal Perancis melalukan riset mendalam dan mempublikasikan hasil riset ilmiahnya pada situsnya”, begitu yang dikatakan Jerry Duane Gray, seorang WNI asal Amerika yang kini menjadi muallaf dan menetap di Indonesia.
Teknologi pengendali cuaca
Teori lain mengatakan bahwa pemerintah Amerika Serikat telah menggunakan High Frequency Active Auroral Research Program ( HAARP ) mereka untuk memicu terjadinya tsunami. HAARP adalah sebuah proyek yang didanai oleh angkatan laut AS dan angkatan udara AS, dalam rangka meneliti penggunaan inosfer sebagai alat komunikasi dan pemantau. Menurut rumor, sebuah sistem persenjataan pemodifikasi cuaca telah dikembangkan secara stimultan. adalah putra pasukan zaman Star Wars ini yang dipersalahkan oleh sejumlah pihak karena telah menciptakan apa yang disebut dengan bencana alam.
Project Seal: Tsunami Bomb
“Penyerangan tak kentara” dengan cara seakan terjadinya bencana alamiah ini, telah dilakukan sejak tahun 1944 melalui proyek super rahasia AS yang bernama “Project Seal”.
“Proyek Anjlng Laut” tersebut melakukan riset dan uji coba bagaimana cara menghancurkan lawan atau musuh melalui laut dengan cara membuat gelombang tsunami yang besar dan ditujukan ke daerah pesisir atau pantai lawan untuk kemudian membuat kematian massal, yang kemudian dinamakan “bomb tsunami”.
Menurut berkas yang telah direklasifikasi (declassified), percobaan “bomb tsunami” memanfaatkan ledakan untuk memicu “gelombang mini” yang pernah diluncurkan di lepas pantai Selandia Baru pada tahun 1944 dan 1945 yang kemudian disebut sebagai “Project Seal“.
Salah satu sumber dari Timur Tengah dalam situs Al-Osboa (kini sudah dihapus) mengungkapkan bahwa ledakan bawah laut yang disebut “tsunami bomb” adalah yang menyebabkan Tsunami di Aceh.
Sumber yang telah dihapus itu juga menyebutkan bahwa tujuan “tsunami bomb” adalah untuk menyerang negara Muslim.
Sementara itu, surat kabar Mesir (halaman pada situs Al-Osboa juga sudah dihapus) dengan berani juga menyatakan hal yang sama, bahwa tsunami yang meluluh-lantakkan Aceh dan banyak kota di negara sekitarnya adalah percobaan ledakan nuklir bawah laut.
Dokumen dari proyek militer super rahasia “Project Seal” ini kemudian juga dibocorkan pada Januari 2013 oleh Ray Waru, yang menyatakan bahwa proyek ini adalah proyek rahasia sejak tahun 1944.
Proyek ini adalah lanjutan dari “Project Manhattan” yang sempatt terbengkalai. Namun kali ini, “Project Seal” menuai kesuksesan. Kala itu ledakan menggunakan 2200 ton TNT agar tercipta tsunami setinggi 33 kaki.
Sementara untuk membuat tsunami di Aceh, mereka menggunakan peledak setara dengan 26 Megaton TNT. Jumlah yang sama seperti saaat AS melakukan percobaan nuklir bawah laut pada masa lalu.
Gempa Bumi Alami, P-Wave dan S-Wave
Dinyatakan bahwa gempa alami adalah rangkaian pergerakan atau pergeseran perlahan antar lempengan Bumi yang saling bertumbukan, secara berkala, dan terus menerus, sedikit demi sedikit.
Kemudian jika sudah mendekati titik klimaks atau jenuh, maka pada kali terakhir, lempeng akan bergerak dan menimbulkan gesekan besar secara mendadak. Lalu gesekan antar lempeng bumi itu menjadi gempa bumi, kemudian diikuti oleh gelombang sekunder yang menyertainya.
Namun apa yang terjadi di Aceh tidak demikian. Gempa tiba-tiba terjadi. Dan kemudian menimbulkan tekanan pada air laut untuk menghasilkan tsunami tanpa adanya gelombang susulan pada pusat gempa.
Secara alami, pada gelombang permukaan air, kadang gelombang susulan memang akan terjadi dengan sendirinya, setelah gelombang utama bergerak, tapi yang dimaksud disini adalah gelombang sekunder dari getaran pada pusat gempa tersebut, yang tidak pernah terjadi.
“Gempa terjadi ibarat kita menarik suatu benang, jika kita tarik terus-menerus, maka benang akan tegang dan terjadi getaran atau vibrasi pada kedua pangkalnya, untuk kemudian putus,” ujar Jerry Duane Gray, mantan militer AS yang kini sudah mengantongi pasport menjadi warga negara Indonesia ini.
“Indonesia protes, dan menyatakan bahwa itu adalah ledakan dalam air. Tapi esoknya Indonesia diam. India yang juga terkena dampaknya juga mengetahui hal ini dan marah besar, namun dua hari setelah musibah ini, pemerintah India juga ikut diam,” lanjut Jerry.
“Hal yang dilakukan India yang akhirnya diam, karena pihak Israel menjanjikan teknologi nuklir terbaru bagi India jika protes ini ditarik kembali,” ungkap Jerry.
“Dua bulan kemudian, India mendapat apa yang dijanjikan, yaitu teknologi senjata nuklir terdepan (Advance Nuclear Technology) dari Israel dan juga Amerika,”
Padahal dalam sejarah, Israel tak pernah mau membagikan teknologi nuklirnya kepada negara lain,” jelas Jerry menambahkan.
Peneliti mensinyalir bahwa ada kemungkinan bahwa teknologi nuklir yang diberikan Israel kepada India ada kaitannya dengan perang senjata nuklir antara India dan Pakistan.
Terjadi dua kali gempa bumi
Dari penelusuran, telah terjadi dua gempa bumi yang waktunya tidak terlalu lama. Gempa bumi pertama terjadi di dasar laut pada pukul 00:58 GMT (07:58 WIB) pada 26 Desember 2004 di dekat Melaubuoh yang berada di Samudera Hindia, lepas pantai barat Aceh. Gempa bumi pertama ini besar, berskala 9,1 pada skala Richter.
Dan gempa bumi kedua, terjadi di Samudera Hindia juga, yang jaraknya ratusan kilometer dari gempa bumi pertama, namun berada di Barat-Laut dari Aceh di daerah Kepulauan Andaman, India. Gempa bumi ini jauh lebih kecil getarannya, hanya 7,5 pada skala Richter.
Namun aneh, menurut banyak laporan. gempa bumi ini terjadi pada pukul 04:21 GMT di hari yang sama pada tanggal 26 Desember 2004. Menurut beberapa peneliti, gempa bumi kedua inilah yang menghasilkan tsunami besar dan menerjang beberapa pantai negara-negara disekitarnya.
Anda bisa googling image tentang gempa di Aceh ini, yang mana terjadinya tsunami bukan berasal dari gempa pertama yang disinyalir adalah gempa alami dan berada di sisi barat pantai Aceh dengan kekuatan 9 SR, namun tsunami tercipta jusru berasal dari gempa kedua yang mencurigakan, berkekuatan 7 SR yang berada di barat laut Aceh dekat Kepulauan Andaman.
Padahal telah diberitakan oleh media barat, bahwa gempa kedua justru terjadi pada pukul 11:21 WIB di siang hari, sedangkan tsunami Aceh terjadi pada pagi hari sekitar pukul 8-9 pagi WIB.
Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Suatu hal yang tak mungkin, kecuali gempa kedua memang tercipta tak lama setelah gempa pertama yang berada di pantai barat Aceh mulai terjadi.
Tapi anehnya, media dan informasi barat manyamarkan, menyatakan bahwa gempa pertamalah, yang dekat dengan pantai barat Aceh, yang menyebabkann tsunami besar dan kemudian menerjang kota Banda Aceh.
Jika dilihat dari posisinya gempa bumi pertama, tidak mungkin tsunami masuk ke Banda Aceh dengan sangat besar, karena gempa pertama berada di sisi barat pulau Sumatra dan tidak pada garis lurus (direct hit). Apalagi jika yang ikut terkena dampak sangat besar adalah pantai di Thailand, sangat tak masuk akal karena ada di balik pulau Sumatra.
“Tsunami di Afrika juga bukan berasal dari gempa bumi di Aceh, tapi disana memang ada tsunami,” ujar Jerry.
“Pangkalan militer rahasia Inggris-USA di Diego Garcia yang berada ditengah Samudra Hindia, seharusnya juga terkena dampak tsunami dari gempa ini dan hancur, tapi ternyata tidak. Ini merupakan hal yang tidak mungkin jika gempa Aceh adalah gempa alami”, lanjut Jerry.
Diego Garcia yang berada pada kordinat 07°19′27.6″S 72°27′17.4″E adalah pangkalan rahasia join Inggris dan AS ditengah-tengah Samudera Hindia atau disebelah selatan kepulauan Maldives.
0 komentar
Posting Komentar