Kamis, 23 November 2017

Charles Manson dies at the age of 83

Serial Killer: Charles Manson dies at the age of 83

Kabar mengejutkan datang dari negeri Amerika Serikat. Orang yang mendalangi salah satu pembunuhan paling keji dalam sejarah negeri Paman Sam, akhirnya meninggal.


Melansir dari TMZ, kabar ini disampaikan oleh  saudara perempuan korbannya yang terkenal yakni Debra Tate. Ia mengatakan bahwa dia menerima telepon dari penjara yang memberitahukan bahwa Manson meninggal pukul 20:13 pada hari Minggu (19/11/2017) waktu setempat.

Kabar ini sendiri diberitahukan oleh pihak penjara kepada semua keluarga korban.
Sebelumnya, Manson masuk ke rumah sakit Bakersfield dan dikawal oleh 5 polisi berseragam.
Informan dari TMZ mengatakan pada saat itu bahwa kematian Manson, "hanya masalah waktu saja."
Pasca meninggal, jenazah Manson ditutupi selimut dan wajahnya terlihat pucat.

Manson sendiri telah dibui sejak penangkapannya pada bulan Desember 1969 atas kasus pembunuhan Tate-LaBianca.

Dia terbukti melakukan konspirasi untuk melakukan pembunuhan massal, yang terjadi dua hari berturut-turut pada bulan Agustus 1969.
Manson sendiri tidak hadir di lokasi kejadian perkara saat pembunuhan berlangsung.

Namun, anggota Keluarga Manson yang ada di TKP membantai 5 orang termasuk seorang aktris hollywood yang terkenal saat itu yakni Sharon Tate
Pembunuhan sendiri terjadi di rumah korban yang berlokasi di daerah Beverly Hills.

Charles Milles Manson lahir di Cincinatti, Ohio pada 12 November 1934 silam. Sedari kecil hingga dewasa, dirinya selalu masuk-keluar penjara. Berbagai kegilaan dia lakukan tanpa sebab, mulai dari tindak kriminalitas seperti perampokan, kekerasan seksual hingga penipuan. Selepas keluar dari penjara di tahun 1967, di mana fenomena ‘summer of love’ (kemunculan kaum hippies), ia hanya membekali dirinya dengan sebuah gitar kayu kusam untuk memulai petualangannya menuju ‘dunia baru’. Namun dengan perlahan, tabiat ‘iblis’ yang seperti bersemayam di dirinya mula tumbuh.

Lepas dari jeratan hukum, Manson mulai mencari akal untuk menghimpun kekuatan. Modal utamanya berupa pemikiran abstrak terkesan sinting yang telah ia asah semasa penjara. Target pertama utama Manson adalah sekumpulan hippies yang tersebar di area Haight-Ashbury, Kota San Franscisco. Seperti kebanyakan kaum hippies pada masa itu, banyak dari mereka tidak memiliki tujuan hidup selain bersenang-senang. Mulai dari mengkonsumsi narkoba hingga seks bebas dijalani layaknya hal biasa.

Bodohnya, mereka dengan mudah terpengaruh hasutan Charles Manson dengan berbagai bualan non logisnya. Dengan cepat Manson dianggap sebagai Guru atau sang ‘nabi’ bagi sekumpulan kaum hippies. Dengan mendapatkan sambutan yang antusias, Manson kemudian mengembangkan sayapnya hingga gemerlapnya Los Angeles. Musisi, aktor hingga pelaku industri showbiz lainnya masuk ke dalam daftar keranjang Manson sebagai calon pengikutnya.

Charles Manson sukses memainkan perannya sebagai ‘nabi palsu’ di kalangan pop culture dunia. Jumlah anggota ‘keluarga’ binaan dirinya terus bertambah. Bahkan kelompok surf-rock The Beach Boys juga sempat dikatikan dengan berbagai aktivitas yang dijalankan sekte Manson.

Trio kakak adik Brian-Carl-Dennis Wilson disinyalir juga membantu proses penggarapan debut album si pria nyentrik. Setelah pada tahun 1967-1968 Manson merekam materi album dengan genre psychedelic folk, album Lie: The Love and Terror Cult yang dirilis tiga tahun kemudian pada 6 Maret 1970.



Charles Manson mempercayai sesuatu yang ia sebut Helter Skelter, istilah yang ia ambil dari lagu milik The Beatles dengan judul yang sama.
Charles Manson percaya bahwa Helter Skelter berhubungan dengan kebangkitan ras kulit hitam atas kulit putih.

Ras kulit hitam akan menjadi kekuatan yang menindas kulit putih dan memicu perang.

Dengan kultus ‘keluarga’ Manson yang semakin tersebar di Amerika Serikat, semakin banyak pengikut yang mendengarkan celoteh penuh hasutan dirinya. Setelah mendengarkan LP legendaris White Album milik The Beatles, Manson duduk dengan santai dan mendengarkan dengan seksama tiap lirik dan melodi dari LP tersebut.

Otak liarnya mulai menginterpretasikan setiap lagu Beatles di White Album dengan pola pemikiran yang aneh. Ia kemudian membedah materi tersebut dan menciptakan ‘firman’ sesat versinya. Seperti di track Helter Skelter, Manson menafsirkannya sebagai ayat kiamat dengan perang antar ras yang akan terjadi dalam waktu dekat. Ia percaya skenario pembantaian akan mempercepat proses peperangan tersebut.

Sejak itulah muncul daftar orang yang layak ‘dikorbankan’ muncul, dan dirinya mulai memberikan perintah ke pengikutnya untuk segera membunuh pengedar narkoba, aktor Hollywood, hingga musisi. Puncaknya terjadi pada 8 Agustus 1969, di mana aktris dan istri dari sutradara ternama Roman Polanski dibunuh dengan kejam oleh orang suruhan Manson. Dengan keji, Tate dibunuh saat dirinya tengah hamil tua.
Mereka menggunakan darah Tate untuk menulis frasa “pig” (babi) di muka pintu. Dalam semalam Hollywood kemudian gempar oleh langkah ‘keluarga’ Manson. Aksi yang kemudian berlanjut di keesokan hari. Kali ini korbannya adalah pasangan LaBianca, yang dengan brutal dibunuh dengan cara tidak biasa. Lagi-lagi ceceran darah para korban digunakan untuk menuliskan “Death to Pigs, Rise and Helter Skelter” di sudut dinding. Tidak lupa pesan tersembunyi melalui kata “WAR” yang digoreskan dengan sebilah pisau ke perut Leno LaBianca. Seolah menjadi peringatan bahwa skenario Helter Skelter memang nyata!

Tak perlu menunggu bagi pihak berwajib untuk menyelidiki kasus pembunuhan Tate-LaBianca. Dengan cepat Manson dan ‘keluarga’ gilanya ditangkap. Awalnya dijatuhi vonis hukuman mati, para hakim dan jaksa kemudian sepakat untuk mengubahnya menjadi hukuman penjara seumur hidup.

Di antara raut tua keriputnya, guratan simbol swastika mengisi keningnya, sebagai tanda yang menunjukkan kegilaannya. Bahkan hingga kini ketakutan akan kemunculan kembali gerakan Neo-Manson masih bisa dirasakan sebagian orang.

0 komentar

Posting Komentar